Beberapa waktu lalu saya
berkesempatan untuk mengunjungi kota Bandung, kota yang kata Jawaharal Nehru
adalah Ibukotanya Asia Afrika, dalam rangka mengikuti kongres IMADIKLUS
INDONESIA ke 5 di Universitas Pendidikan Indonesia, sebenarnya saya tidak
berniat mengikuti kongres ini, alasanya karena saya bukan lagi mahasiswa, dan
tentu saja ada kesibukan yang sebenarnya tak tega untuk saya tinggal, dikuatkan
dengan 4 hari sebelum keberangkatan saya menngalami musibah jatuh dari motor,
tapi entah mengapa saya selalu tak kuasa untuk menolak ajakan teman-teman dari
IMADIKLUS ini, bahkan jika harus mengorbankan hubungan asmara saya. tapi
pada akhirnya saya nekat berangkat juga berbekal uang saku dan restu bapak dan
ibuk.
Berangkat ber 6 dengan moda
transportasi kereta api dari kota Surabaya menuju kota Kembang dan saya menjadi
personil tercantik yang ada di rombongan saat itu, bagaimana tidak, ke 5 kawan
saya semuuanya laki-laki, bahkan pulang pun saya masih menjadi yang
tercantik,itu artinya ada 5 laki-laki yang siap melindungi saya, buahahahah.
Pertama kali yang saya pikirkan saat
menginjakkan kaki di kota yang dipimpin oleh pak Ridwan Kamil adalah “ternyata
Bandung sama dinginya dengan kota
Malang”, ya, menurut mahasiswa UPI yang bertugas menjemput kami di stasiun kiara
condong tengah malam itu, Bandung memang dingin, apalagi saat musim hujan,
katanya “bandung lagi dingin-dinginnya”. Karena kami tiba di Bandung saat
tengah malam, jadi kami tak bisa melihat “degup” kehidupan kota Bandung yang
sebenarnya, hanya beberapa kafe, diskotik dan warung-warung yang memeang buka
24 jam yang masih terlihat “hidup”, jalanan utama pun sepi sampai bisa
dipakai buat trek--rekan balapan.
Keesokan harinya ketika matahari
mulai menyingsing dan para panitia kegiatan kongres menjadi alarm bagi para
peserta kongres pertanda kegiatan inti kongres pembahasan ADART dan GBHK
IMADIKLUS dimulai, karena penginapan yang disediakan oleh panitai berjarak 5
menit perjalanan ke gedung UKM UPI dan berada di lingkungan pesantren dan
masjid milik dai terkenal di Indonesia Aa Gym, maka sepanjang perjalanan 5
menit itu kami bisa melihat para ukhti dan akhi yang ganteng dan cantik serta “adem”
untuk di liat, kaya makan es krim dicampur es batu di dalem kulkas pas musim
dingin, seketika itu pikiran saya tentang bandung adalah orang bandung
cantik-cantik dan ganteng-ganteng” dan ternyata bukan hanya saya saja yang
memiliki pikiran seperti itu, teman-teman saya pun berkata demikian, “cewek
bandung gak ada yang jelek”. Usut punya usut ternyata perempuan sunda itu
memang terkenal cantik dari jaman Indonesia belum terbentuk.
Setelah menikmati 5 menit perjalanan
dengan pemandangan yang meng-ademkan mata, sampailah kita di lokasi pelaksanaan
kongres, yup aula gedung UKM UPI, acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran
yang di bawakan aa’ dengan suara dan wajah yang menenangkan jiwa dan raga,
dilanjut dengan sambutan-sambutan dari para pejabat yang berkepentingan serta
tak lupa mneyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars IMADIKLUS.
Proses acara inti dimulai dengan
penegasan kontrak peraturan persidangan selama pembahasan ADART dan GBHK oleh
presidium sementara sidang, setelah perjanjian disepakati maka terpilihlah
presidium tetap sidang yakni berasal dari Universitas Pattimura, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, dan Universitas Jember yang dipilih berdasarkan voting
para perwakilan universitas se Indonesia. Berlangsungnya pembahasan ADART dan
GBHK dan pemilihan Ketua IMADIKLUS periode 2015-2017 berlangsung lebih dari 24
jam, dari hari Jum’at jam 09-00 pagi hingga hari Sabtu jam 10.30 pagi, dengan
estimasi istirahat sholat Jum’at, Sholat Ashar, Sholat Maghrib, Sholat Isya,
Sholat Subuh, dan sebagian besar peserta penuh tidak tidur sama sekali, kalau
saya, Alhamdulillah masih bisa nyuri-nyuri waktu tidur di belakang dan kembali
ke penginapan karena bukan peserta penuh sidang, memang benar-benar sidang yang
menguras tenaga, kopi dan gula sebagai penahan kantuk, pembahasan ADART dan
GBHK berlangsung hingga subuh, pembahasan tersebut menghasilkan perubahan tugas
dan bentuk BPW (Badan Pengurus Wilayah) menjadi BKW (Badan Koorrdinator Wilayah)
yang tugasnya mengkoordinir BPH (Badan Pengurus Harian) di tiap-tiap universitas yang telah dibagi
sesuai wilayah-wilayah yang ditentukan. Selebihnya hanya beberapa sedikit
perubahan pada redaktur ADART (mohon jika salah dikoreksi kembali) sementara
itu pemilihan ketua dan wakil ketua IMADIKLUS periode 2015-2017 baru
berlangsung setelah melaksanakan sholat subuh, dari pemungutan suara, hingga
proses konsolidasi dan lobbying pada akhirnya terpilihlah Petrus Tampubolon
dari Universitas Negeri Yogyakarta sebagai ketua IMASIKLUS dan Lulu Putri Utami
dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. selain pemilihan ketua dan wakil ketua acara
tersebut juga sekaligus penunjukan DPO dan MKO IMADIKLUS periode 2015-2017.
Aah, akhirnya, seesai juga acara
Kongres, karena waktu yang terbatas, kegiatan pra rakernas yang sedianya di
adakan setelah kongres akhirnya menemui kesepakatan untuk ditunda dan
dilaksanakan pada bulan Maret di Universitas Negeri Yogyakarta. Kegiatan dilanjutkan
dengan city tour keliling kota Kembang, sayangnya saya harus segera pulang hari
itu juga karena kegiatan yang tak bisa di tunda, saya melewatkan jalan-jalan ke
gedung sate, alun-alun bandung dan museum Asia Afrika yang terkenal itu. selama
dua hari dibandung dan berinteraksi dengan warga Bandung logat jawa saya
tiba-tiba hilang, bayangkan saya berbahasa Indonesia medok dengan logat sunda
yang kalem, betapa lucunya. Meskipun tak sempat mendokumentasikan apapun,
setidaknya saya membawa oleh-oleh berupa pengalama yang dapat saya ceritakan
dan dapat saya kenangm jika tidak untuk orang lain, paling tidak bisa untuk
saya sendiri. Akhirnya saya pulang
dengan 3 teman lelaki saya, lagi lagi saya menjadi yang paling cantik dalam
rombongan, kami menuju kota Malang dengan moda transportasi kereta api kelas
ekonomi harga eksekutif. hahahahahaha