2014-08-19

WE NOT CHILDREN ANYMORE



Prakata- Mungkin tulisan ini akan sangat telat saya post, karena keterbatasan jaringan internet yang disebabkan oleh macetnya donasi bulanan sehingga modem terpaksa cuti sementara waktu. Tulisan ini saya tulis pada tanggal 21 Juli 2014 bertepatan pada bulan Ramadhan.-



Kurang lebih sebulan setengah yang lalu, genap sudah usia saya menjadi 21 tahun, yah 21 tahun, “kepala dua” kalau orang sering bilang, iya, angka depan sudah diawali dengan angka 2, bukan lagi angka 1. 21 tahun,, special? Bisa jadi, Biasa saja? Boleh juga. Status saya sekarang adalah seorang mahasiswa yang “hampir” menyandang gelar tingkat akhir, semester 6 dan beranjak semester 7. Seharusnya waktu dimana kita sudah memeulai menata, menata, menata masa depan, mencari judul skripsi, penelitian, ujian skripsi dan segala tetek bengeknya, setelah itu berfikir tentang dunia kerja, entah itu menciptakan lapangan pekerjaan atau mencari lapangan pekerjaan. Atau,,, memikirkan masa depan untuk berumah tangga?? Menurut saya itu tergantung prioritas kebutuhan kita. Mana yang sekiranya kita anggap penting, itulah yang seharusnya kita jalani terlebih dahulu.
Saya adalah seorang gadis biasa yang lahir di sebuah desa dengan dikeliligni teman-teman sebaya yang sama dengan saya, menjalani Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, tak sedikit pula teman-teman yang usianya berada di atas saya atau di bawah saya beberapa tahun. Setelah itu saya pergi merantau untuk menimba ilmu di kota yang katanya berhawa sejuk di jawa timur, Malang, ya saya menimba ilmu di kota malang, sehingga saya sudah jarang bertemu dengan teman-teman saya di kampong halaman. Memasuki semester pertama di Malang, saya mendapat kabar teman sebangku ketika SD dulu telah menikah, beberapa hari kemudian, yeman sebangku dan sekelas ketika SMP juga telah menikah bahkan sudah memiliki anak. Beberapa hari kemudian pula teman sekelas selama 3 tahun dan sebangku salama 2 tahun ketika SMA mengabari kalau dia akan menikah. Semester ke dua, keponakan yang juga teman sepermainan juga memutuskan untuk menikah. Ya, teman-teman di kampong halaman sudah memutuskan untuk membina rumah tangga masing-masing di usia yang menurut saya masih relative muda. Kemudian beberapa hari yang lalu, sahabat saya sejak kecil, tempat curhat saya juga melangsungkan pernikahnnya. Ada juga teman-teman yang lain yang sering sekali saya jumpai  ketika saya pulang ke kampong halaman saya, mereka bekerja, memulai bisnis, ada pula yang menjadi pegawai sebuah perusahaan atau menjadi pegawai took-toko di pasar. Dewas bukan hanya soal sudah menikah saja, tapi bagaimana ia bisa mempersiapkan hiduonya ke depan, menata dengan baik sesuai prioritas, merencanakan hal-hal yang akan menjadi “goal” nya di masa depannya dengan pasti.
Saya- entah mengapa selama ini masih sangat merasa jika saya ini masih belum dewasa, masih seperti anak-anak, yang punya banyak keinginan dan cita-cita dan semuanya harus tercapai, apalagi ketika saya bergabung dengan teman-teman saya sekampus, saya merasa masih belum layak dianggap “dewasa” . entah karena memiliki ideologis terlalu tinggi atau bagaimana tapi ketika saya bersama teman-teman kampus saya merasa “dewasa itu nanti”. Namun ketika sudah di rumah, bertemu dengan orang-orang di lingkungan sini, dengan orang tua, saya merasa saya sudah seharusnya berfikir demikian, saya sudah seharusnya melakukan ini,, ini,, seperti ini,, begini dan bla-bla bla,,,, .
Beberapa hari yang lalu saya chating dengan sahabat saya yang sudah bekerja dan akan segera melangsungkan pernikahan dengan wanita idamannya. Dalam diskusi kami yang singkat itu kami membicarakan hal-hal mengenai masa depan, klise lah “han, kapan kamu nyusul?’ (itu pertanyaan yang jujur gawe aku muuuangkeeellll)  lalu tiba-tiba saja muncul suatu pemikiran dan kata-kata yang menurutku itu ajaib yang dating entah dari sudut kamar bagian mana. Kesimpulannya “tak perlu buru-buru untuk melangkah ke depan, di kiranya nanti karbitan kaya pisang dan petasan, tak baik juga berleha-leha dan menunda-nunda untuk melangkah, dikiranya nanti busuk dan telat matang.  hadapi saja yang ada didepan kita sekarang, ini semua adalah proses, kita sedang menjalani proses dan proses selalu tahap demi tahap sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita. Kalau kita belum siap berarti kita belum menyelesaikan suatu proses pada tahap sekarang, begitu juga sebaliknya, waktu selalu tepat membawa kita pada momen-momen yang  memang seharusnya kita lewati. Prioritaskan apa yang terdekat yang memungkinkan untuk kita jalani-tapi ingat ada campur Tangan Maha Kuasa yang mensettingnya, manusia hanya bisa berencana, pada akhirnya tetap Allah yang menentukan”  . itu kata kata saat otak saya kelihatannya sedikit bener. 21 tahun, bukan anak-anak lagi, ini sudah memasuki proses dewasa, I’am not a children anymore.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar