Hampir dua bulan sudah saya menjalani kehidupan pernikahan, masih
terlalu dini sekali jika saya mengulas tentang kehidupan pasca menikah, masih
kalah jam terbang dengan yang sudah bertahun-tahun bahkan berdekade-dekade
menjalani kehidupan pasca menikah.
Bahkan, lucunya, ketika ada yang bertanya “giamana rasanya setelah
menikah?” kami sama – sama kompak dalam jawaban (mungkin karena sehati) tidak
ada yang berubah pasca kami menikah selain kalau tidur ada yang puk-puk, wakakakakaka
(jomblo dilarang baper) –terlepas dari indahnya menikah karena sudah halal di
apa-apain- eh,, di apain emang?
Kami masih seperti dulu waktu pendekatan alias berpacaran, masih
berlangsung kegiatan pembullyan, berlangsung acara begejekan, masih suka drama
korea, masih suka makan pedes (sekarang malah ada partnernya hahahaha), masih
suka piknik masih suka jajan sempol pinggir jalan, masih suka ngorok pas
tidur, belum berubah (mungkin karena belum memiliki anak).
Memang belum banyak yang kami alami, belum banyak pula yang kami tau,
tapi yang pasti, menikah adalah kami harus bersedia dengan senang hati, rela,
ridho dengan segala kekurangan pasangan, melengkapi dan menyempurnakan, karena
kami adalah “pakaian” samtu sama lain, melengkapi kekurangan menjadi lebih
baik.
Menikah adalah kesediaan dan kesiapan untuk jatuh cinta pada orang yang
sama berkali-kali setiap hari seumur hidup, seni mengolah rasa bosan
menggantinya dengan hal-hal yang membuat jatuh cinta, membuat jantung tetap
berdegup ketika bersama pasangan.
ibuk saya membekali saya nasihat pernikahan yang masih sangat teringat,
menikah itu cintanya Cuma sementara, selanjutnya adalah kasih sayang yang harus
terus ada. Jika kasih sayang masih ada tentu selalu ada alasan-alasan untuk
tetap menumbuhkan cinta. That’s the
reason why we should always fall in love every day.
10 september 2017-23 Oktober 2017
3 komentar:
Ojo-ojo duwe anak mben anake didulangi sambek 😱
Aku nggak paham dengan selera pedes kalian...
hanya cabai yang bisa memahami selera pedasku,,,,
Posting Komentar